Tanggal 8 Mei 2013 adalah perjalanan pertamaku ke Jogja
dengan menggunakan Kereta Api. Tapi
jangan salah !!!.. ini bukan pertama kali aku naik kereta, karena sebelum nya
aku pernah naik kereta ke Kebumen. Beda tipis sih, tapi setidaknya biar engga
keliatan culun banget.
Ini hanya
pejalanan libuaran, jadi yang dicari adalah sensasi perjalanannya, bukan tempat
liburannya. Kami sekeluarga memang jarang menggunakan transportasi Kereta Api,
karena kota kelahiran saya Magelang tidak dilalui jalur Kereta Api. Jadi jika
kami mudik dari Tangerang lebih mudah memakai Bus, tinggal sekali naik bus
sampai deh di kampong. Bayangkan jika mudik pakai Kereta Api, naik Bus dari
Tangerang ke stasiun Senen trus naik kereta ke Jogja kemudian naik bus kota ke
Terminal Jogja, baru kemudian naik Bus ke Magelang. Ohh…repotnya.
Kami bertiga pesan tiket kereta di
Indomaret, kereta api kelas bisnis dari Stasiun Senen tujuan Stasiun Tugu
Yogyakarta dengan harga tiket Rp. 200 000,- per orang. Padahal sehari sebelum
beli tiket aku check di web PT. KAI harga tiket adalah Rp. 180 000,- per orang.
Karena aku penasaran hari berikutnya aku
chek lagi di web PT. KAI, ehhh..ternyata sudah berubah menjadi Rp. 220 000,-
pertiket. Apakah PT. KAI memberlakukan tarif progressive ya???....Engga susah
dipikirinlah, takut nanti mengganggu suasana liburan.
Naik taksi
dari Tangerang menuju Stasiun Pasar Senen kurang lebih memerlukan waktu satu
jam, berangkat jam 05.00 wib sampai stasiun
pukul 06.15 wib. Ongkos taksi Rp. 110 000,-. Kamipun langsung menuju
loket. Setelah menukar struk dari Indomaret dengan Kascis asli, kami pun masuk
ke ruang tunggu, Kereta sebenarnya sudah didepan mata, tapi karena tidak tahu
kami dan penumpang lain hanya menunggu. Baru setelah tanya ke petugas kami tau
dan masuk ke gerbong masing-masing.
Pertama masuk sih para penumpang
kelihatan Ja-im, kelihatan sombong gituh... Tapi setelah kereta berjalan
meninggalkan kota Jakarta, suasana jadi berubah. Kami jadi saling bertegursapa
dengan penumpang dibangku belakang ataupun di bangku sebelah. Selanjutnya
merekapun ngobrol. Sudah sering banget kami
betemu dengan balita dalam sebuah perjalanan. Dan selalu saja seorang balita membuat
kami salah tinggkah. Awalnya ngelihatin kami terus, kemudian kami godain dia
dan akhirnya mau digendong sama istriku.
Inilah perjalanan ala orang Indonesia, sebuah
tradisi ketimuran yang ramah dan mau menghargai manusia disekitarnya. Rasanya
tradisi ini tidak akan bertahan lama,
karena sekarang ini mulai banyak orang lebih memilih berteman dengan Gadget
(hape, tablet atau mp3 player) untuk menemani perjalannya, dari pada berteman dengan
manusia disekitarnya. Sebuah tradisi modern yang siap menggusur kearifan local.
Boleh dibilang kereta tepat waktu
hanya 10 menit lebih lama dari waktu yang di jadwalkan, kami sudah sampai di
Stasiun Tugu Yogyakarta. Jurus pertama adalah menelpon adikku. Yahh..dia memang
tinggal di Jogja lumayanlah jadi kami
tidak perlu menyewa Guide, dan tentu penginapan juga…iriiit. Adikku segera datang
dan kami berempat naik taksi menuju tepat tinggalnya. Argo taksi menunjukan
angka 11 000 tapi kami bayar Rp. 15 000,- tanpa minta uang kembalian…hehe biar
dikira Boss.
Setelah
beristirahat malemnya kami mulai jalan-jalan. Personil kami bertambah satu lagi
yaitu sahabat kami waktu di Tangerang yang sekarang sudah pindah ke Jogja. Kami
jalan dari mulai masuk Mall sampai menyusuri jalan Malioboro. Yang kami cari
adalah souvenir tentang Jogja. Apa saja dari T-shirt sampai gantungan kunci,
dari harga Rp. 120 000,- sampai Rp. 5 000,-, dari beli di toko sampai kakilima.
Semangat banget kami belanja, maklum
harganya memang cukup murah. Coba banyangkan dengan duit Rp. 12 500,- saja kita
sudah dapat t-shirt dengan semua ukuran dari S sampai XL. Kalo di Tangerang
pasti harganya dua kali lipat. Rasanya capek juga berbelanja. Tpi sebelum
pulang kurang pas rasanya kalo belum mengisi perut. Kamipun mampir untuk makan
nasi goreng ala Magelangan. Biar kangen akan kota kelahiran terobati. Rasanya
cukup enak walau Cuma masakan kaki lima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar